Bintang Tertelan

Chapter 7

[DING DING DING.....] Bel berbunyi dengan cepat di sekolah tinggi pertama wilayah Zhi-An. Orangtua yang berada di luar sekolah, yang sedang duduk di rerumputan atau di jalanan lantas berdiri semua. Mereka melihat ke dalam sekolah dari gerbang.

Disambut keriuhan para siswa yang meninggalkan area ujian.

Ujian sekolah tinggi tahun 2056 telah selesai.

Mereka tinggal menunggu hasilnya, yang akan diumumkan minggu depan.

"Hao Bai" Sosok pria botak, paruh baya dan tampak ramah yang berdiri di luar gerbang itu, tersenyum pada putranya.

"Ayah" Zhang Hao Bai tertawa sambil berjalan menuju Ayahnya.

"Bagaimana tes nya, nak?" Pria baruh baya itu tertawa.

Zhang Hao Bai menggelengkan kepalanya dan berkata dengan lesu, "Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi soal matematika tadi memang sangat sulit. Pilihan ganda, melengkapi jawaban dan penjabaran hitungan semuanya sulit, terutama penjabaran… Ada 5 soal, hanya 2 yang mampu ku selesaikan. Sedangkan 3 soal lainnya, aku hanya bisa menyelesaikan sebagian. Berdasarkan ketentuannya, harusnya aku masih bisa mendapatkan poin untuk itu"

"Oh?" Zhang Ze Long, Ayah Zhang Hao Bai mengernyitkan dahi, "Jadi sepertinya skor matematika mu akan sedikit rendah"

"Tidak apa Ayah. Soal ini memang sulit bagi semua orang, tidak hanya bagiku" Zhang Hao Bai tertawa, "Soal-soal matematika nya sulit, jadi aku yakin nilai syarat kelulusan akan diturunkan. Aku seharusnya tetap bisa masuk ke akademi militer tanpa kendala"

"Oh, yea"

Zhang Ze Long tertawa, "Sebelumnya telah terjadi sesuatu, ketika kami sedang menunggu mu selesai ujian. Luo Feng, siswa terkenal di sekolah mu itu pingsan di dalam ruang ujian, tepat satu jam sebelum ujian berakhir."

"Pingsan di ruang ujian?" Zhang Hao Bai terbelalak, "Maksud Ayah Luo Feng?"

"Yea, Luo Feng dibawa oleh ambulans, banyak orang yang menyaksikannya." Zhang Ze Long menganggukkan kepalanya, "Jika kamu dengar, para orang tua di sekitar kita sedang menceritakan kejadian itu kepada anaknya"

"Luo Feng pingsan?"

Zhang Hao Bai mengamati sekelilingnya dan mencoba mendengarkan dengan seksama. Memang benar, banyak yang membicarakan tentang seorang siswa yang pingsan saat ujian berlangsung. Dia juga mendengar dengan jelas nama "Luo Feng" disebut.


"Haha, kasihan sekali gelandangan ini. Haha" Zhang Hao Bai tidak dapat menahan tawanya.

"Ayah, tahukah kau, orang ini selalu saja membuat masalah dengan ku di sekolah" tambah Zhang Hao Bai kesal, "Dia lebih kuat dari ku, dan lebih pandai dalam hal apapun dari ku. Tapi hari ini dia jatuh pingsan" Zhang Hao Bai merasa senang karena kemarahannya begitu besar pada Luo Feng.

Sebenarnya, Luo Feng tidak pernah mengganggu Zhang Hao Bai, hanya saja Zhang Hao Bai terus menganggap Luo Feng sebagai saingannya. Dikarenakan level dan kemampuan bela diri Luo Feng lebih unggul darinya, dan hal itu sungguh sangat membuatnya kesal.

"Haha, anak ini belum pernah melihat dunia yang sebenarnya dan berada di bawah tekanan psikologis yang terlalu berat. Dia tidak kuat dan akhirnya jatuh pingsan. Abaikan saja. Ayo, kita pergi ke tempat paman mu, untuk pergi makan bersama merayakan selesainya ujian mu." Zhang Ze Long tertawa.

"Paman?" tanya Zhang Hao Bai sambil mengedipkan matanya.

Satu-satunya alasan Keluarga Zhang menjadi salah satu keluarga terpandang di wilayah Zhi-An adalah karena…

Paman nya adalah seorang petarung!

...

"Tidak mungkin, ini tidak mungkin!"

Wei Wen yang baru saja meninggalkan ruang ujian, terlihat panik di depan orang tuanya, "Bagaimana bisa Feng pingsan di ruang ujian? Dia pingsan karena gugup? Tidak mungkin. Kondisi psikis Luo Feng sebelumnya pernah dipuji oleh instruktur Dojo of Limits"

Wei Wen dan Luo Feng sangat dekat, meskipun tidak ada hubungan darah.

"Wen, itu semua benar. Kami menyaksikannya dengan mata kami sendiri. Saat itu Ayah Luo Feng dan adiknya yang cacat itu panik, lalu mereka bergegas ke rumah sakit" kata Ayah Wei Wen.

"Rumah Sakit? Pasti yang terdekat dari sini. Ayah, Ibu aku akan pergi untuk melihat keadaan Luo Feng. Aku akan menyusul untuk makan siang nanti"

Tanpa ragu, Wei Wen memberikan barang-barang yang dibawanya kepada orangtuanya, dan bergegas menuju rumah sakit.

...

Di dalam rumah sakit umum wilayah Zhi-An.

Luo Feng memaksakan senyumnya sambil berjalan keluar dari rumah sakit, bersama dengan ayah dan adiknya. Luo Hong Guo dan Luo Hua khawatir kalau Luo Feng tidak akan mampu menangani guncangannya.

"Ayah, aku baik-baik saja. Ayo kita pulang dan makan bersama" kata Luo Feng tenang, tetapi dalam hatinya sangat terpukul. Meskipun begitu, Luo Feng sadar bahwa dia tidak bisa merubah apa yang telah terjadi, jadi dia hanya bisa menerima nya dengan lapang dada!

"Feng, Feng" terdengar suara dari kejauhan.

Luo Feng memutar badannya dan melihat bayangan kecil di kejauhan sedang berlari menuju gerbang rumah sakit. Itu adalah teman baiknya, Wei Wen.

Luo Feng terkejut melihat Wei Wen : dia berlari begitu cepat sampai-sampai bajunya basah kuyup oleh keringat. "Wen, seberapa susah nya tiga soal terakhir pada ujian matematika?" Luo Feng tidak sempat menyelesaikan tiga soal terkahirnya, jika itu sangat sulit maka sebagian besar siswa pun tidak akan bisa menyelesaikannya.

Sehingga nilai nya pun masih punya harapan.

"Sangat sulit" Wei Wen mengangguk, "Soal ujian matematika tahun ini adalah yang tersulit. Dari 5 soal penjabaran, nomor 3 sedikit lebih mudah, namun keempat soal yang lain sangat sulit"

"Phew" Luo Feng menghela nafas.

Setidaknya dia masih punya secercah harapan.

�������

Tanggal 16 Juni jam 8 malam, kamu dapat melihat hasil ujian mu via telepon atau internet dan batas ambang nilai pun akan diketahui.

Tanggal 16 Juni, sekitar jam 7 malam.

Di rumah Luo Feng. Hanya ada Luo Feng di kamar yang ditempati Luo Feng dan Luo Hua. Dia duduk di depan laptopnya dan berkali-kali me-refresh halaman webnya. Nilai ujian diumumkan jam 8 malam, namun biasanya muncul sedikit lebih cepat.

"Aku takut, aku tidak bisa masuk ke akademi militer nomor 1 di kota Jiang-Nan"

"Bagaimana pun, aku bisa mengerjakan soal-soal pilihan ganda, melengkapi jawaban dan dua soal penjabaran hitungan. Meskipun aku tidak menyelesaikan soal nomor 2 di penjabaran, tapi aku sempat menulis beberapa langkah, yang harusnya akan dapat poin" pikir Luo Feng. "Jika aku beruntung, aku bisa mendapat 120 poin di mata ujian matematika".

Luo menambahkan "Aku bisa mengerjakan dengan baik untuk mata pelajaran seni budaya dan sains. Jika aku beruntung, seharusnya aku bisa lulus"

"Jika aku hanya mampu mencapai batas ambang nilai, aku bisa masuk ke akademi militer kedua"

Diantara dua akademi militer di kota ini, yang pertama tentu lebih baik, namun butuh nilai yang tinggi untuk memenuhi syarat, maka Luo Feng sudah menyerah untuk itu.

Bagaimana pun, masih ada kesempatan yang tersisa untuk masuk akademi militer yang kedua.

"Hm?" mata Luo Feng berkedip.

Kali ini, ada sesuatu yang tertera di halaman web setelah di refresh kembali.

"Tuhan, tolong bantu aku untuk lulus dari nilai ambang batas. Selama aku bisa lulus, aku bisa masuk ke akademi militer yang kedua" kata Luo Feng penuh rasa khawatir. Lalu dia menuliskan nama, nomor ID dan nomor kartu ujiannya dan meng-klik tombol "cari".

Halaman laptop kemudian berkedip sesaat dan menampilkan sebuah rincian.

Nama Siswa : Luo Feng

Jenis Kelamin : Laki-laki

Nomor ID : 426123203806083211

Kartu Ujian : 5878643567890766

Seni Budaya : 216

Sains : 223

Matematika : 118

Total : 557

Nilai Ambang Batas : 561

*catatan : jika kamu lupa, garis ambang batas adalah nilai yang membedakan antara sarjana dan spesialis. Bagi Luo Feng, untuk dapat masuk ke akademi militer terbaik kedua, dia harus memenuhi standar "ratrata sarjana" (garis batas)

© 2024 www.topnovel.cc