Han Sen menemukan suatu tempat yang tidak terlalu curam dan memegang Hari Kiamat dengan kedua tangannya, sambil mengamati perkelahian di puncak gunung. Menarik keluar panah Langit Runtuh dari tempat penyimpanan panahnya, mengarahkan tembakan ke makhluk berdarah sakral.Dia hampir melukai makhluk berdarah sakral dengan panahnya dan dua panah ditembakkan pada Anak Surga yang sedang berkelahi dengan makhluk berdarah sakral.
Tentu saja, panah Langit Runtuh juga tidak dapat melukai Anak Surga. Panah ini dibuat dengan sangat buruk sehingga bahkan tidak dapat melukai kulit makhluk mutan.
Han Sen hanya melakukan pemanasan. Apalagi, dia hanya memiliki satu panah baja Z dan ingin memastikan bahwa dia pasti tidak akan meleset.
"Brengsek. Jangan tembak kalau kamu tidak tahu cara menggunakan busurmu. Jauhkan panahmu yang tidak berguna," Anak Surga yang sudah tertembak dua kali oleh Han Sen mengomel.
Qin Xuan bergegas menuju ke puncak dan mulai menyerang makhluk berdarah sakral. Yang lain juga kembali memanjat ke puncak dan mulai menembaki makhluk itu.
Walaupun makhluk berdarah sakral sudah sekarat, dia masih cukup bertenaga. Melonglong di puncak gunung, dia memaksa setiap orang untuk mundur. Anak Surga maupun Qin Xuan tidak mampu mendekatinya.
Tibtiba, Anak Surga berubah wujud kembali menjadi badannya sendiri. Dia baru saja berubah wujud selama satu jam, walaupun dia mampu bertahan dengan perubahan wujudnya lebih lama berkat poin geno yang dimiliki.
s.e.m.e.ntara Han Sen menebak-nebak apa yang akan dilakukan oleh Anak Surga, dia melihat Anak Surga memanggil pedang merah jiwa binatangnya dan menebasnya pada sayap makhluk itu yang sedang berdarah.
Qin Xuan juga berubah wujud menjadi dirinya sendiri, memanggil belati kupu-kupunya yang ganas, dan menancapkannya pada makhluk itu.
Beberapa orang di puncak gunung juga masing-masing menggunakan senjatanya untuk menyerang makhluk berdarah sakral.
Makhluk itu terluka parah dan Anak Surga membuat luka sepanjang satu kaki di sayapnya. Makhluk itu bermandikan darah.
Qin Xuan mengambil kesempatan ini untuk menancapkan belatinya pada luka mahkluk itu dan darahnya tibtiba berubah menjadi hitam karena dia keracunan oleh belati itu.
"Serang dengan lebih kuat lagi. Dia hampir mati," teriak seseorang. Lalu semua orang memulai permainannya.
Han Sen melihat dengan jelas dari tempat dia berdiri bahwa antek-antek Anak Surga memiliki keahlian yang luar biasa. Mereka bergerak dengan leluasa di lereng seolah-olah mereka berjalan pada tanah datar. Jika mereka tidak berada disana untuk mengalihkan perhatian makhluk itu, Anak Surga dan Qin Xuan tidak akan dapat berhasil dengan semudah ini.
Melihat makhluk berdarah sakral sudah hampir mati, Han Sen meraih Hari Kiamat dan menatap makhluk itu, mencari kesempatan untuk menembaknya. Jika dia melancarkan serangan terakhir sebelum makhluk ini mati, dia akan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan jiwa binatang.
Walaupun kemungkinannya sangat tipis, sebuah kesempatan masih lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Anak Surga mengambil risiko dan memanjat sendiri untuk serangan terakhir juga.
Siapapun yang berhasil menyerang terakhir dapat menyimpan jiwa binatang untuk dirinya sendiri. Itulah peraturan baku dalam tempat penampungan. Alasannya adalah hanya orang yang melancarkan serangan terakhir yang akan mengetahui apakah mereka memperoleh jiwa binatang atau tidak. Dan tidak ada yang mengetahui apakah mereka berbohong.
Krak!
Pedang Anak Surga ditebaskan pada leher makhluk itu dan menorehkan potongan yang sangat dalam hingga dagingnya terlihat. Semakin banyak darah yang menyembur keluar.
Makhluk itu sekali lagi menderita serangan fatal dan murka. Dia mengumpulkan seluruh tenaganya dan menyapukan sayapnya ke arah kerumunan, memaksa setiap orang untuk mundur. Bergemetaran, dia terbang lagi menuju gunung yang lain.
Setiap orang mengetahui dari pendarahan parah yang dialaminya bahwa dia akan segera mati. Anak Surga segera memanggil busur dan panah dari jiwa binatang mutan yang dimilikinya, menembaki makhluk itu di angkasa.
Panah menembus sayapnya. Makhluk berdarah sakral tidak dapat bertahan lagi dan mulai jatuh dengan sayap yang mengepak dengan tak terbaya.
Dia terjatuh dengan begitu cepat sehingga tidak ada orang yang dapat menembakinya.
Anak Surga kegirangan karena walaupun makhluk berdarah sakral mati karena jatuh, dia tetap merupakan orang terakhir yang melancarkan serangan dan mendapatkan kesempatan atas jiwa binatangnya.
Tibtiba, sebuah panah yang terbuat dari logam buatan melesat dari arah lereng dan menghilang dalam leher makhluk yang terluka.
Anak Surga tibtiba mengamuk. Dan semua orang terkejut. Dalam kedipan mata, makhluk berdarah sakral jatuh di kaki gunung dan mati.
"Makhluk berdarah sakral naga bersayap ungu terbunuh. Satu jiwa binatang berdarah sakral dari naga bersayap ungu diperoleh. Makan daging naga bersayap ungu untuk menambah poin geno darah sakral nol sampai sepuluh secara acak."
Suara itu bergema dalam pikiran Han Sen. Han Sen hampir menangis karena senang. Namun, dia berpurpura kecewa, tak berdaya dan putus asa.
Setiap orang di puncak gunung menatapnya, terutama Anak Surga. Jika dia dapat membunuhnya dengan pandangan mata saja, Han Sen pasti telah mati jutaan kali.
Walaupun sudah ada peraturan baku, Han Sen membulatkan tekadnya untuk tidak mengakui dia telah telah mendapatkan jiwa binatang. Atau Anak Surga pasti akan membunuhnya.
Orang yang melihat wajahnya yang kecewa tidak sepenuhnya percaya, tetapi bagaimanapun juga mereka merasa lebih baik.
Setelah semua orang turun dari gunung, Anak Surga menarik kerah Han Sen dan bertanya, "Sudahkah kamu memperoleh jiwa binatang?"
"Tidak," Han Sen bersikeras bahwa dia tidak mendapatkan apapa.
Anak Surga sangat skeptis dan mencoba untuk memukul Han Sen, tetapi Qin Xuan menghentikannya.
"Anak Surga, orangku tidak melanggar peraturan apapun. Dia mengatakan bahwa dia tidak memperolehnya. Dan bahkan jika dia memperolehnya, kamu tidak berhak untuk memintanya memberikannya kepadamu," kata Qin Xuan, wajahnya cemberut.
Han Sen berada dalam kelompoknya. Jika dia dipukul oleh Anak Surga, dia tidak memiliki kekuasaan di masa depan.
Anak Surga menatap Han Sen beberapa saat sebelum dia melangkah ke arah mayat naga bersayap ungu, menarik panah Han Sen, dan mematahkannya menjadi dua bagian.