Tibtiba, Han Sen melihat sesuatu berwarna hijau yang panjangnya sekitar satu kaki, melekat di rerumputan bagaikan daun. Jika dilihat sekilas, dia akan mengira itu adalah bagian dari rerumputan dan tidak akan membayangkan bahwa itu adalah belalang yang mampu membelah tengkorak ma.n.u.sia dalam satu serangan.Kaki depannya yang seperti sabit bergerigi bahkan lebih besar dari tubuhnya. Kaki depannya yang berwarna hijau gelap tertutup oleh lapisan baja, dan terlihat berbeda dari tubuhnya yang ringkih. Kaki depannya yang keras itu seperti besi baja.
Han Sen beruntung karena menemukan belalang itu sebelum ia melihatnya. Sambil berjalan mendekat, dia memperhitungkan seberapa dekat dia bisa menangkapnya sebelum belalang itu sadar.
Ketika dia berada sekitar enam kaki jauhnya dari sang belalang, Han Sen tidak berani melangkah lebih jauh, khawatir jika dia akan kehilangan kesempatan untuk menyerang secara diam-diam.
Dengan belati tergenggam erat di tangannya, Han Sen menyergap dari balik rerumputan dan menebas perut sang belalang dengan cepat dan buas.
Namun Han Sen masih menyepelekan kecepatan dan ketangkasan si belalang. Belalang telah menyadari keberadaannya saat diserang. Dalam seketika, dia terbang ke udara, meluncur dengan sayapnya mengembang menuju Han Sen dengan begitu cepat. Kaki depannya telah melukai kepalanya bahkan sebelum dia sempat bereaksi.
Han Sen secara tidak sadar mundur ke belakang karena kaget, tetapi kaki si belalang masih memukul kepalanya. Dengan adanya bunyi dentingan besi, Han Sen merasa sedikit tidak nyaman seakan-akan kepalanya ditimpuk oleh batu. Bahkan tidak ada goresan sedikit pun pada jubah monster pelindung berdarah sakral.
Dengan bergairah, Han Sen mengambil kesempatan untuk menusuk pinggang si belalang di depannya dengan ganas. Si belalang pun terbelah dua, dan darahnya yang hijau muncrat membasahi seluruh tubuhnya.
Han Sen tidak peduli dan mendengarkan suara aneh di kepalanya dengan girang. "Makhluk primitif belalang telah dibunuh. Tidak ada jiwa monster yang didapatkan. Makan belalang untuk mendapatkan nol sampai sepuluh poin geno secara acak." Sambil mengecek pelindung kepalan apakah baik-baik saja, Han Sen berpikir dengan semangat, "Hha, jubah pelindung adalah segalanya! Dengannya, aku bisa membunuh apapun yang ingin kubunuh dan tidak seorang pun bisa melukaiku. Aku bahkan tidak takut pada mahluk mutan."
Han Sen tibtiba memperoleh keberanian dan berhenti bersembunyi. Dia bergegas menuju Lembah Zephyr dan membuat beberapa belalang waspada dan menyerangnya, tapi serangan belalang sama sekali tidak melukainya saat menebas pelindung miliknya. Han Sen mengambil kesempatan untuk membunuh mereka, masing-masing dalam satu tusukan.
"Makhluk primitif belalang telah dibunuh. Tidak ada jiwa monster yang didapatkan. Makan belalang untuk mendapatkan nol sampai sepuluh poin geno secara acak."
"Makhluk primitif belalang telah dibunuh …"
Suara itu terus berbicara di dalam kepalanya, menambah gairahnya. Dia berjalan menuju lembah sambil menikam dan membunuh lebih dari 20 belalang dengan sukses.
...
Su Xiaoqiao juga sedang dalam perjalanan ke Lembah Zephyr, sambil bergumam soal peruntungannya yang buruk.
Orang tuanya adalah konglomerat antar-bintang dan diakui sebagai selebriti dan bangsawan. Akan tetapi, dirinya secara acak ditempatkan di Gudang Jubah Besi, di mana dia tidak punya teman atau kenalan seorang pun.
Untuk mendapat gelar bangsawan, Su Xiaoqiao hanya bisa mematuhi Qin Xuan untuk mencapai poin geno mutan dan menjadi pengevolusi.
Ada dua gelar dalam Aliansi Antar-Bintang Levo. Yang pertama adalah "selebriti"—saat seseorang menjadi pelampau, orang itu diakui sebagai selebriti. Yang satu lagi adalah "bangsawan". Jika seseorang bisa berevolusi dengan 100 mutan atau memiliki banyak poin geno lebih dari biasanya, orang itu bisa dikatakan sebagai bangsawan.
Gelar manapun memberikan banyak keuntungan dalam Aliansi, dan yang paling penting bagi mereka adalah simbol status sosial. Kini dalam Aliansi, orang-orang menjadi sangat-sangat angkuh. Masyarakat kelas atas bahkan enggan berbicara dengan orang yang tidak punya gelar., bahkan saat berbisnis.
Gelar teratas seperti bangsawan berdarah sacral adalah di luar angan-angan Su Xiaoqiao. Yang dia inginkan hanyalah mendapatkan gelar bangsawan biasa dengan cara menambah geno pion dan menyelesaikan evolusi.
Namun, untuk memperoleh 100 poin geno mutan masih terasa sulit bagi dirinya. Dia membawa banyak uang ke Gudang Jubah Besi, tapi uang hanya bisa membeli tubuh makhluk biasa dan primitive, karena sangat jarang orang menjual makhluk mutan. Hanya orang-orang yang bertujuan mencapai poin geno sacral seperti Qin Xuan yang kadang menjual tubuh makhluk mutan yang mereka punya. Tetapi, bukan uanglah yang dia inginkan, tetapi kesetiaan dan pelayanan.
Su Xiaoqiao sekarang bekerja untuk Qin Xuan, menjelajah tempat yang jarang dikenal orang dan mencari jejak makhluk berdarah sakral dan mutan untuk mengumpulkan informasi untuknya. Dengan info tersebut, dia bisa mengumpulkan tim untuk memburu makhluk itu, dan setiap anggota tim akan mendapat tubuh mutan sebagai gantinya.
Xiaoqiao sudah berkelana selama sebulan dan tidak menemukan jejak makhluk mutan, khususnya yang berdarah sakral. Kehabisan persediaan, dia harus kembali ke Gudang Jubah Besi. Saat ia melewati Lembah Zephyr, dia berpikir mungkin ada makhluk mutan di sekitar sana karena area tersebut jarang ditempati.
Setelah dia menyusuri lembah, dia merasakan suatu kejanggalan.
Dia tidak melihat satupun belalang. Satu mil ke dalam lembah, yang dia lihat hanyalah jejak tidak beraturan di tanah.
Seseorang pasti menghabisi para belalang itu. Pria Petinju ataukah Anak Surgawi? Tidak. Meskipun ada tandtanda pertarungan, harusnya kerusakannya lebih parah jika dilakukan oleh sekelompok orang…"
Terkejut, Su Xiaoqiao berlari memasuki lembah, memikirkan apa yang terjadi.
Sesuai dugaannya, begitu banyak noda darah hijau dari belalang sepanjang perjalanan. Dia mengikuti bekas darah tersebut dan berbelok di sebuah tikungan. Apa yang dilihatnya membuatnya berhenti dan tertegun.
Di samping tumpukan mayat belalang berdirilah sosok keemasan. Di bawah matahari, sosok tersebut bagaikan robot dalam jubah emas.