"Meong…" Meowth memutari api dengan cepat. Dalam api, ada potongan daging todak yang seperti agar-agar. Ketika dipanaskan, minyak keluar dari ikan, mengeluarkan w.a.n.gi yang semerbak dan segar, membuat orang menitiskan air liur bahkan mereka yang berada jauh.Han Sen melemparkan sepotong besar ikan todak yang matang ke Meowth dan mengambil satu untuk dirinya. Ikan gemuk ini hampir meleleh dalam mulutnya, membuatnya ingin menelan lidahnya sendiri.
Ikan todak, sebagai mahkluk mutan, jauh lebih enak daripada ikan biasa. Bahkan ikan seperti kerapu juga tidak dapat bertanding dengannya. Walaupun hanya dipanggang tanpa b.u.mbu apapun kecuali garam dan lada, ikan ini sama sekali tidak mengeluarkan bau amis, benar-benar manis dan enak.
"Jika ini dibawa keluar Tempat Suci Para Dewa, pasti akan menjadi raja segala ikan. Masakan biasa tidak akan laku. Satu ikan todak mutan mungkin dapat dijual dengan harga puluhan juta. Sayang sekali.." Han Sen melemparkan sepotong ikan todak lagi ke Meowth.
Mahkluk mutan tidak dapat dibawa keluar dari Tempat Suci Para Dewa. Selain itu, dia tidak memiliki tenaga untuk mengangkut seluruh ikan todak yang dia buru keluar dari Rawa Gelap. Ada banyak ikan todak di dalam danau, jauh lebih banyak daripada yang dia bayangkan. Dia telah membunuh 15 ikan beberapa hari ini. Setelah memakan beberapa ekor ikan, poin geno mutannya tidak dapat lagi bertambah dari memakan ikan todak. Karena dia tidak dapat membawanya semua keluar, dia memutuskan untuk memberinya kepada Meowth.
"Poin geno mutanku sekarang ada 31. Perjalanan yang sangat membuahkan hasil! Rawa Gelap terlalu berbahaya bagi orang biasa, maka disini hidup banyak mahkluk mutan. Mungkin aku bahkan dapat memaksimalkan poin genoku dalam perjalanan ini." Suasana hati Han Sen sedang sangat bagus dan dia menghadiahkan Meowth sepotong ikan lagi.
Sisa daging ikan todak dibuat menjadi dendeng oleh Han Sen. Sebelum dia pergi, dia melihat kembali ke danau dan memeriksa apakah masih ada ikan yang tertinggal.
Melihat ada ikan todak mutan emas lainnya, Han Sen membunuhnya dengan cara yang sama.
"Ikan todak mutan terbunuh. Jiwa binatang ikan todak diperoleh. Makan dagingnya untuk memperoleh nol sampai sepuluh poin geno secara acak."
Setelah beberapa detik, Han Sen baru menyadari apa yang telah terjadi. Dia hampir melompat. Sudah lama dia tidak mendapatkan jiwa binatang dan dia tibtiba mendapatkan satu sekarang. Poin mutan pula!
Han Sen tidak sabar ingin melihat jiwa binatang ikan todak seperti apa yang dia peroleh. Jika itu adalah sebuah panah, maka dia akan merasa puas.
Jenis jiwa binatang ikan todak mutan: Tombak.
Han Sen agak merasa kecewa, tetapi secara keseluruhan merasa senang. Walaupun itu bukan panah jiwa binatang, tombak juga merupakan senjata yang populer, terutama tombak jiwa binatang mutan.
Setelah memanggil jiwa binatang ikan todak mutan, Han Sen mendadak memegangi sebuah tombak emas di kedua tangannya. Kepala tombak berukuran panjang satu inci dengan potongan yang runcing di kedua ujungnya. Tombak itu terlihat cukup menakutkan.
Han Sen mengayunkan tombak itu dan merasa walaupun cukup berat tetapi mudah digunakan. Kepala tombak yang runcing dapat memotong pohon yang tebal hanya dengan satu tebasan ringan, seolah-olah dia sedang memotong tahu.
"Siapapun yang membuat aku marah di masa depan akan berhadapan dengan tombak ini!" Han Sen mencoba tombaknya beberapa saat dan hanya rela meletakkannya setelah keningnya berkeringat.
Senjata jiwa binatang mutan membuat perjalanannya ke Rawa Gelap sebuah kesuksesan. Tombak ini cukup memperkaya sebuah rumah kaya sederhana.
Bagaimanapun juga, senjata jiwa binatang tidak perlu diperbaiki dan mudah dibawa kemanmana. Kecuali jika dia dihancurkan sepenuhnya, senjata ini dapat memulihkan dirinya sendiri, tidak seperti senjata baja Z yang perlu diperbaiki jika sempat.
Walaupun dia telah mendapatkan banyak hasil, Han Sen belum mencapai tujuan utamanya, yaitu mendapatkan panah jiwa binatang yang sangat diperlukan. Maka, dia mengambil sisa dendeng dan terbang ke dalam Rawa Gelap lagi.
Penggugah artikel itu hanya berusaha untuk melarikan diri dan tidak dapat mengetahui arahnya. Oleh karena itu sulit untuk menemukan hutan yang dia sebutkan.
Untungnya, Han Sen memiliki kemampuan untuk terbang, maka dia dapat melihat dari langit.
Dalam dua hari berikutnya, Han Sen tidak cukup beruntung. Dia tidak menemukan mahkluk mutan, tetapi menemukan kerumunan serangga beracun beberapa kali. Melihat serangga dalam jumlah tak terhingga berjalan di bawahnya seperti air bah dan mematikan segalanya yang dilewatinya. Han Sen merasa merinding melihatnya.
JIka dia tidak dapat terbang dan diserang oleh seranggserangga itu, maka tidak penting lagi apakah dia bugar atau tidak. Kerumunan semut dapat membunuh seekor gajah, apalagi serangga beracun. Bahkan seseorang dengan poin geno maksimal sulit untuk dapat bertahan hidup.
Akhirnya, Han Sen menemukan air bersih. Setelah mengisi persediaan airnya, dia membuat semangkuk sup ikan dan menambahkan daging raja ular ke dalamnya.
Tidak lama kemudian w.a.n.gi masakannya menyebar kemanmana. Han Sen tidak merasa takut akan menarik perhatian binatang beracun karena dia telah mengenakan baju baja k.u.mbang hitam sejak dia memasuki Rawa Gelap.
Ketika sup sudah hampir matang, Han Sen bersiap-siap untuk menyantapnya dengan Meowth. Tibtiba dia mendengar suara burung yang diikuti dengan suara siulan. Seekor burung hitam besar terbang ke bawah dari langit, sayapnya berukuran sepanjang beberapa kaki dan cakarnya setajam kait logam.
Han Sen terkejut, "Sial, bukankah si pengunggah itu mengatakan bahwa tidak ada makhluk terbang tingkat tinggi dalam Rawa Gelap? Menilai dari penampakannya, burung ini sekurang-kurangnya adalah makhluk mutan."
Han Sen mundur selangkah ke belakang dan melihat burung besar itu mendarat di samping api. Ketika dia berdiri di tanah, tingginya melebihi kepala gajah. Kilauan mata gelap burungnya memancarkan tatapan agung.
Setelah burung itu mendarat, seorang pria muda berpakaian hitam melompat turun dari punggung burung dan menatap daging dalam panci, "Bung, aku akan membeli dagingmu."
Dia berjalan dengan sombong mendekati Han Sen dan melemparkan sepotong daging mentah yang tampak seperti kaki sapi ke tanah dan berkata, "Ini adalah hari baikmu nak. Ini adalah paha dari binatang mutan bercakar racun."
Setelah menghabiskan kalimatnya, pria muda berpakaian hitam itu meraih daging ikan dan ular yang w.a.n.gi di dalam panci.
"Aku tidak mau berdagang denganmu," Han Sen cemberut.
Pria muda berpakaian hitam cukup cepat dan telah melahap sepotong ikan. Ketika dia hampir mau mengejek Han Sen dengan menunjukkan fakta bahwa yang dia tawarkan kepada Han Sen adalah daging makhluk mutan, dia tibtiba mendengar suara yang memberitahunya bahwa dia memperoleh satu poin geno mutan. Matanya tibtiba membesar, "Bagaimana mungkin? Ini hanya sepotong daging, dan dapat menambah poin geno. Jadi…pasti ada keseluruhan makhluk mutan di dalam panci?"